Di tengah kritik publik, DPR tak juga mengurungkan niatnya membangun gedung baru DPR. Dewan memaksakan membangun gedung yang bisa disamakan dengan wabah ulat bulu yang membuat rakyat kian sengsara.
"Kalau dilihat ulat bulu, gedung baru ini ulat bulu. Ada penyebab kegatalan masyarakat, gelisah dan ingin mengkritik akibat perilaku politik DPR. Kegatalan ini membuat masyarakat gelisah mau kritik. Ini gambaran fenomena materialisme DPR Yang tidak peduli dengan rakyatnya," ujar Sosiolog Universitas Sriwijaya, Alfitri, dalam Polemik Trijaya, di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (16/4/2011).
Gedung baru DPR seolah menunjukkan nafsu kekuasaan DPR. Rakyat yang diwakili pemimpin kegatalan hingga menderita karena kritiknya tak didengar pun kian kecewa.
"Dia ingin meletakkan simbolik kekuasaan sama seperti PD yang ingin membuat simbolik kekuasaan dengan SBY-nya. Sementara rapat-rapat di DPR tak lebih dari dagelan," kritik budayawan, Hardi.
Sementara kinerja DPR jauh dari memuaskan. Anggota DPR belum juga menyelesaikan tugas legislasi yang masih melimpah.
"Kami evaluasi DPR sekarang ini yang paling parah. Dalam setahun hanya membereskan 7 Undang-undang dari 170 yang ditargetkan. Untuk membahas 1 RUU DPR habiskan dana Rp 5,2 miliar. Belum lagi pemerintah juga mengalokasikan angaran Rp 10 miliar per Undang-undang," protesnya.
source:http://www.detiknews.com/read/2011/04/16/100726/1618691/10/persamaan-gedung-baru-dpr-dan-ulat-bulu